Pendidikan Karakter dan Etika 2025 di era digital dan globalisasi yang semakin berkembang pesat, pendidikan karakter dan etika menjadi aspek yang sangat krusial dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moralitas, etika, dan kepedulian sosial yang tinggi. Perubahan sosial, perkembangan teknologi, dan tantangan dunia kerja menuntut sistem pendidikan untuk tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan soft skills, seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, serta kepemimpinan. Tanpa adanya pendidikan karakter yang kuat, generasi muda berisiko mengalami krisis moral dan etika, yang dapat berdampak pada peningkatan kasus intoleransi, penyebaran hoaks, cyberbullying, hingga menurunnya nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mencanangkan pendidikan karakter sebagai bagian utama dalam kebijakan Merdeka Belajar. Di tahun 2025, kurikulum yang lebih fleksibel dan berbasis nilai akan semakin dioptimalkan guna mengintegrasikan pendidikan karakter dan etika 2025 dalam berbagai aspek pembelajaran, baik melalui mata pelajaran formal, metode Project-Based Learning (PBL), ekstrakurikuler, hingga literasi digital yang bertanggung jawab. Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa pendidikan karakter berperan besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut laporan dari OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) 2023, negara-negara yang berhasil mengimplementasikan pendidikan karakter secara efektif mengalami peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga 30% serta memiliki masyarakat yang lebih harmonis.
Pentingnya Dalam Pendidikan Karakter dan Etika 2025
Pendidikan karakter bukan lagi sekadar mata pelajaran tambahan, tetapi menjadi bagian terintegrasi dalam seluruh aspek kurikulum 2025. Pemerintah Indonesia telah menetapkan pendekatan holistik dalam mendidik siswa, di mana nilai-nilai moral dan etika tidak hanya diajarkan dalam teori, tetapi juga diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, asesmen, dan interaksi sosial di sekolah. Kurikulum 2025 berfokus pada pembelajaran berbasis pengalaman dan nilai-nilai kehidupan nyata, yang memungkinkan siswa untuk memahami dan menerapkan karakter positif dalam kehidupan sehari-hari.
Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2025
Berikut beberapa cara pendidikan karakter diintegrasikan dalam Kurikulum 2025 beserta contohnya dalam penerapannya:
1. Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Formal
Setiap mata pelajaran di kurikulum 2025 tidak hanya mengajarkan aspek akademik, tetapi juga mengandung unsur pendidikan karakter yang sesuai dengan materi pembelajaran. Guru didorong untuk menghubungkan konsep-konsep akademik dengan nilai-nilai moral dan etika, sehingga siswa tidak hanya memahami teori tetapi juga menginternalisasi makna dari pembelajaran tersebut.
🔹 Contoh Implementasi:
- Matematika: Mengajarkan kejujuran dan tanggung jawab dalam menyelesaikan soal dan bekerja dalam tim. Siswa dididik untuk menghindari plagiarisme dan kecurangan dalam ujian.
- Bahasa Indonesia: Mengembangkan empati dan rasa hormat melalui pembelajaran sastra, seperti menelaah kisah yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan.
- Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Menanamkan nilai integritas dan nasionalisme melalui studi sejarah tokoh-tokoh pahlawan yang memiliki moral dan etika tinggi.
- Sains: Mendorong kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial, misalnya dengan eksperimen yang berfokus pada keberlanjutan alam.
2. Project-Based Learning (PBL) Berbasis Karakter
Pendekatan Project-Based Learning (PBL) digunakan sebagai metode pembelajaran aktif yang menanamkan nilai-nilai karakter secara langsung. Siswa diberikan tantangan nyata yang mengharuskan mereka bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, berpikir kritis, dan mengambil keputusan yang beretika.
🔹 Contoh Implementasi:
- Proyek Kepedulian Sosial: Siswa ditugaskan untuk melakukan proyek berbasis komunitas, seperti kampanye peduli lingkungan, bakti sosial, atau mengajar anak-anak kurang mampu.
- Eksperimen Ilmiah Berbasis Etika: Siswa meneliti dampak penggunaan plastik terhadap lingkungan, lalu merancang solusi inovatif untuk mengurangi limbah.
- Simulasi Ekonomi dan Etika Bisnis: Dalam mata pelajaran ekonomi, siswa bermain peran sebagai pengusaha dan belajar tentang kejujuran dalam bisnis, serta bagaimana menghindari praktik curang dan eksploitasi tenaga kerja.
3. Literasi Digital dan Etika dalam Bermedia Sosial
Dengan berkembangnya era digital, pendidikan karakter juga harus beradaptasi dengan teknologi. Literasi digital dan etika bermedia sosial menjadi bagian penting dari kurikulum 2025 untuk membantu siswa memahami cara menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.
🔹 Contoh Implementasi:
- Pelajaran Literasi Digital: Siswa diajarkan cara mengenali berita hoaks, melindungi privasi online, dan menggunakan media sosial secara positif.
- Sesi Diskusi tentang Cyberbullying: Guru memfasilitasi diskusi tentang dampak negatif ujaran kebencian dan bagaimana menanggapi perundungan digital dengan bijak.
- Simulasi Etika Digital: Siswa diberikan skenario terkait penggunaan media sosial dan diminta untuk membuat keputusan berdasarkan prinsip etika digital.
4. Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler menjadi platform utama untuk menerapkan pendidikan karakter di luar kelas. Siswa tidak hanya mengembangkan keterampilan tambahan, tetapi juga mempelajari kerja sama tim, kepemimpinan, tanggung jawab, dan empati.
🔹 Contoh Implementasi:
- Pramuka: Menumbuhkan jiwa kepemimpinan, tanggung jawab, dan disiplin melalui kegiatan lapangan dan kerja sama tim.
- Organisasi OSIS dan MPK: Mendidik siswa tentang demokrasi, etika kepemimpinan, dan kerja sama antaranggota sekolah.
- Debat dan Public Speaking: Mengajarkan cara berkomunikasi dengan sopan dan menghargai pendapat orang lain, serta membangun pemikiran kritis berbasis etika.
5. Evaluasi dan Monitoring Pendidikan Karakter
Untuk memastikan pendidikan karakter berjalan dengan baik, diperlukan sistem evaluasi yang komprehensif. Evaluasi tidak hanya dilakukan melalui ujian tertulis, tetapi juga dengan metode observasi, refleksi, dan asesmen berbasis perilaku.
🔹 Contoh Implementasi:
- Jurnal Reflektif Siswa: Siswa diminta menulis jurnal mingguan tentang bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
- Penilaian Peer-to-Peer: Siswa menilai satu sama lain berdasarkan aspek karakter seperti kepemimpinan, tanggung jawab, dan kerja sama.
- Asesmen oleh Guru dan Orang Tua: Guru dan orang tua bekerja sama dalam memantau perkembangan karakter siswa dan memberikan umpan balik secara berkala.
Tantangan dalam Implementasi Pendidikan Karakter dan Etika 2025
Pendidikan karakter dan etika 2025 menjadi prioritas utama dalam kurikulum 2025 untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki nilai moral dan sosial yang tinggi. Namun, dalam proses implementasinya, berbagai tantangan muncul, baik dari aspek sistem pendidikan, tenaga pengajar, hingga lingkungan sosial yang mempengaruhi keberhasilan program ini.
Menurut laporan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tahun 2024, hanya 65% sekolah di Indonesia yang telah berhasil mengintegrasikan pendidikan karakter secara efektif ke dalam kurikulum. Sementara itu, data dari OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) 2023 menunjukkan bahwa negara-negara yang gagal menerapkan pendidikan karakter mengalami peningkatan perilaku tidak etis di kalangan siswa, seperti plagiarisme, perundungan, dan kurangnya kepedulian sosial.
Lalu, apa saja tantangan yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter dan etika di tahun 2025? Berikut adalah beberapa tantangan utama beserta contoh nyata dan solusi yang dapat diterapkan.
1. Kurangnya Pemahaman dan Pelatihan Guru dalam Pendidikan Karakter
Salah satu tantangan terbesar dalam implementasi pendidikan karakter dan etika 2025 adalah kurangnya kesiapan tenaga pendidik dalam mengajarkan nilai-nilai moral secara efektif. Banyak guru yang masih berorientasi pada pengajaran akademik tradisional dan belum memiliki keterampilan khusus dalam mendidik siswa dengan pendekatan berbasis karakter.
Contoh Tantangan :
- Survei Kemendikbudristek 2024 menemukan bahwa hanya 40% guru di Indonesia yang telah mendapatkan pelatihan khusus terkait pendidikan karakter.
- Beberapa sekolah masih menggunakan metode ceramah satu arah dalam mengajarkan nilai-nilai etika, yang kurang efektif dibandingkan dengan pendekatan berbasis pengalaman.
- Guru sering kali kesulitan menghubungkan pendidikan karakter dengan mata pelajaran akademik, seperti matematika dan sains.
Solusi yang Dapat Diterapkan:
- Pelatihan Intensif bagi Guru: Pemerintah dan lembaga pendidikan harus memberikan workshop berkala tentang metode pengajaran berbasis karakter, seperti Project-Based Learning (PBL), experiential learning, dan case study.
- Mentoring dan Pembinaan oleh Ahli Pendidikan Karakter: Sekolah dapat mengundang praktisi pendidikan karakter untuk membimbing guru dalam penerapan metode pengajaran yang lebih efektif.
- Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Guru: Program pelatihan guru di perguruan tinggi perlu memasukkan mata kuliah wajib tentang pendidikan karakter dan etika.
2. Kurangnya Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dan etika 2025 tidak bisa hanya mengandalkan sekolah. Peran orang tua sangat krusial dalam membentuk karakter anak di lingkungan rumah. Sayangnya, banyak orang tua yang kurang memahami peran mereka dalam mendukung pendidikan karakter anak.
Contoh Tantangan :
- Menurut survei UNICEF 2024, hanya 45% orang tua di Indonesia yang secara aktif berdiskusi dengan anak mereka tentang nilai-nilai moral.
- Banyak keluarga masih menerapkan pola asuh otoriter atau permisif, yang kurang mendukung perkembangan karakter positif anak.
- Sebagian orang tua masih memiliki mindset bahwa pendidikan karakter adalah tanggung jawab sekolah, bukan tanggung jawab bersama.
Solusi yang Dapat Diterapkan:
- Workshop Parenting tentang Pendidikan Karakter: Sekolah dapat menyelenggarakan seminar dan pelatihan bagi orang tua tentang bagaimana membimbing anak mereka dalam membangun karakter.
- Kolaborasi Sekolah dan Keluarga: Sekolah dapat mengadakan program konsultasi keluarga untuk membantu orang tua memahami metode terbaik dalam mendukung perkembangan karakter anak.
- Pemberdayaan Komunitas Orang Tua: Membangun forum diskusi atau komunitas parenting agar orang tua dapat berbagi pengalaman dan saling mendukung dalam mendidik anak-anak mereka.
3. Pengaruh Negatif Media dan Teknologi terhadap Karakter Siswa
Kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat dalam pendidikan, tetapi juga memunculkan tantangan baru dalam pendidikan karakter. Paparan konten negatif di internet, media sosial, dan game online dapat mempengaruhi moral dan perilaku siswa jika tidak dikelola dengan baik.
Contoh Tantangan :
- Data dari Harvard University 2023 menunjukkan bahwa 60% remaja lebih banyak mendapatkan informasi moral dari media sosial dibandingkan dari pendidikan formal.
- Fenomena cyberbullying, penyebaran hoaks, dan ujaran kebencian di media sosial semakin meningkat di kalangan pelajar.
- Banyak siswa yang lebih tertarik dengan konten hiburan dibandingkan dengan konten edukatif, sehingga terjadi penurunan minat dalam memahami nilai-nilai moral.
Solusi yang Dapat Diterapkan:
- Literasi Digital dalam Kurikulum: Sekolah harus mengajarkan etika digital, kesadaran akan hoaks, serta dampak negatif cyberbullying sebagai bagian dari pendidikan karakter.
- Program Pengawasan Orang Tua terhadap Penggunaan Teknologi: Orang tua dan guru harus bekerja sama dalam membimbing anak-anak mereka dalam menggunakan media sosial secara positif.
- Kampanye Kesadaran Etika Digital: Mengadakan program edukasi tentang dampak negatif dari penyalahgunaan teknologi, serta bagaimana menjadi pengguna internet yang bertanggung jawab.
4. Kurangnya Sistem Evaluasi dan Monitoring Pendidikan Karakter
Salah satu kelemahan dalam implementasi pendidikan karakter dan etika 2025 di Indonesia adalah kurangnya sistem evaluasi yang jelas untuk mengukur keberhasilan program ini.
Contoh Tantangan :
- Banyak sekolah yang tidak memiliki metode khusus untuk menilai perkembangan karakter siswa.
- Tidak adanya standar nasional yang mengukur efektivitas pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia.
- Guru masih mengalami kesulitan dalam memberikan penilaian objektif terhadap aspek karakter siswa.
Solusi yang Dapat Diterapkan:
- Penggunaan Jurnal Reflektif Siswa: Siswa menulis jurnal tentang pengalaman mereka dalam menerapkan nilai-nilai karakter setiap minggu.
- Evaluasi Peer-to-Peer: Siswa memberikan umpan balik kepada teman sebaya mengenai sikap dan nilai karakter yang telah mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Penilaian Berbasis Observasi oleh Guru dan Orang Tua: Guru dan orang tua bekerja sama dalam mengevaluasi perkembangan karakter siswa.
Strategi Efektif untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dan etika 2025 menjadi aspek penting dalam sistem pendidikan Indonesia, terutama di era globalisasi dan digitalisasi yang menuntut generasi muda tidak hanya unggul dalam bidang akademik tetapi juga memiliki moralitas, etika, dan kepemimpinan yang kuat. Namun, untuk memastikan pendidikan karakter benar-benar efektif, strategi yang terstruktur dan berbasis praktik nyata harus diterapkan.
Menurut World Economic Forum (2024), 88% perusahaan global lebih memilih individu yang memiliki karakter kuat, seperti integritas, tanggung jawab, dan keterampilan komunikasi, dibandingkan hanya memiliki keahlian teknis. Oleh karena itu, strategi yang tepat dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam kurikulum, lingkungan sekolah, serta peran keluarga dan masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan pendidikan karakter di tahun 2025.
Lalu, apa saja strategi efektif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pendidikan karakter di Indonesia? Berikut adalah beberapa pendekatan yang telah terbukti berhasil, beserta contoh nyata dalam implementasinya.
1. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Sekolah
Pendidikan karakter dan etika 2025 tidak boleh berdiri sendiri sebagai mata pelajaran tambahan, melainkan harus diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran dan sistem pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat mempelajari dan menerapkan nilai-nilai moral melalui setiap aspek akademik yang mereka pelajari.
Contoh Implementas :
- Matematika: Mengajarkan kejujuran dalam mengerjakan soal dan disiplin dalam menyelesaikan tugas tepat waktu.
- Bahasa Indonesia: Mempelajari sastra yang mengandung pesan moral serta mengembangkan empati terhadap berbagai perspektif.
- Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Menganalisis nilai-nilai kepemimpinan dan kejujuran dari tokoh sejarah.
- Sains: Mengajarkan etika penelitian dan kepedulian terhadap lingkungan dalam proyek eksperimen ilmiah.
2. Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)
Metode Experiential Learning memungkinkan siswa untuk mengalami langsung nilai-nilai karakter melalui kegiatan nyata yang menantang mereka untuk berpikir kritis, mengambil keputusan etis, dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan.
Contoh Implementas :
- Project-Based Learning (PBL): Siswa diberikan proyek berbasis komunitas, seperti mengelola kegiatan sosial atau program lingkungan.
- Simulasi Etika dan Keputusan Moral: Dalam kelas ekonomi, siswa diberikan skenario bisnis yang menguji integritas mereka dalam membuat keputusan.
- Pendidikan Luar Kelas: Kegiatan seperti kemah pramuka dan ekspedisi alam dapat mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab.
3. Penguatan Literasi Digital dan Etika dalam Bermedia Sosial
Dalam era digital, pendidikan karakter juga harus mencakup literasi digital dan etika bermedia sosial untuk memastikan bahwa siswa dapat menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.
Contoh Implementas :
- Pelatihan Literasi Digital: Siswa diajarkan cara mengenali berita hoax, menghargai privasi orang lain, dan menghindari cyber bullying.
- Diskusi tentang Etika Digital: Guru memfasilitasi sesi diskusi tentang dampak ujaran kebencian dan bagaimana menjadi pengguna internet yang bertanggung jawab.
- Gamifikasi dalam Pendidikan Karakter: Menggunakan simulasi berbasis game untuk mengajarkan nilai-nilai etika dalam interaksi online.
4. Kolaborasi antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan karakter dan etika 2025 tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan masyarakat untuk dapat diterapkan secara konsisten.
Contoh Implementas :
- Workshop Parenting tentang Pendidikan Karakter: Sekolah mengadakan seminar untuk membekali orang tua dengan strategi mendidik anak berbasis karakter.
- Kegiatan Sosial di Komunitas: Siswa diajak untuk terlibat dalam proyek kemanusiaan, seperti membantu anak-anak kurang mampu atau program gotong royong.
- Kemitraan dengan Organisasi Sosial: Sekolah bekerja sama dengan LSM dan komunitas lokal untuk mengadakan program pembelajaran berbasis layanan masyarakat.
5. Evaluasi dan Monitoring Pendidikan Karakter
Salah satu kelemahan dalam implementasi pendidikan karakter adalah kurangnya sistem evaluasi yang dapat mengukur perkembangan siswa dalam aspek moral dan etika. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme penilaian berbasis karakter.
Contoh Implementas :
- Jurnal Reflektif Siswa: Siswa diminta untuk menuliskan pengalaman mereka dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
- Penilaian Peer-to-Peer: Siswa menilai satu sama lain berdasarkan aspek karakter seperti kepemimpinan, kerja sama, dan tanggung jawab.
- Observasi oleh Guru dan Orang Tua: Guru dan orang tua memberikan umpan balik berdasarkan perubahan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
FAQ: Pendidikan Karakter dan Etika 2025
1. Apa itu Pendidikan Karakter dan Etika?
Pendidikan karakter dan etika adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk individu dengan moralitas, integritas, empati, tanggung jawab, dan keterampilan sosial yang tinggi. Tujuan utama dari pendidikan karakter adalah untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya unggul dalam akademik tetapi juga memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Mengapa Pendidikan Karakter Penting di Tahun 2025?
Di era digital dan globalisasi, banyak tantangan sosial yang mengancam nilai-nilai moral generasi muda, seperti cyberbullying, hoaks, intoleransi, dan kurangnya kesadaran sosial. Oleh karena itu, pendidikan karakter menjadi prioritas utama dalam kurikulum 2025 untuk membentuk generasi yang memiliki etika kuat dan siap menghadapi tantangan zaman.
3. Bagaimana Pendidikan Karakter Diintegrasikan dalam Kurikulum 2025?
Kurikulum 2025 tidak hanya menekankan pendidikan akademik, tetapi juga mengintegrasikan pendidikan karakter dalam berbagai aspek pembelajaran, baik melalui mata pelajaran formal, kegiatan ekstrakurikuler, maupun program berbasis pengalaman.
🔹 Contoh Implementasi dalam Kurikulum:
- Matematika: Mengajarkan kejujuran dalam menyelesaikan soal dan bekerja dalam tim.
- Bahasa Indonesia: Menumbuhkan empati melalui analisis cerita yang mengandung nilai moral.
- Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Menanamkan nasionalisme dan kepemimpinan melalui studi sejarah pahlawan nasional.
- Sains: Mendorong kesadaran lingkungan dengan eksperimen yang berfokus pada keberlanjutan alam.
4. Apa Itu Project-Based Learning (PBL) dalam Pendidikan Karakter?
Project-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran dimana siswa menyelesaikan proyek berbasis masalah nyata, sehingga mereka dapat belajar dan menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
🔹 Contoh Implementasi PBL:
- Proyek Kepedulian Sosial: Siswa mengadakan kampanye peduli lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik di sekolah.
- Eksperimen Ilmiah Berbasis Etika: Siswa meneliti dampak limbah plastik dan merancang solusi inovatif.
- Simulasi Ekonomi dan Etika Bisnis: Siswa berperan sebagai pengusaha dan belajar tentang kejujuran dalam bisnis.
5. Bagaimana Peran Teknologi dalam Pendidikan Karakter?
Teknologi berperan penting dalam pendidikan karakter dan etika 2025, terutama dalam literasi digital dan etika bermedia sosial.
🔹 Contoh Implementasi:
- Pelajaran Literasi Digital: Mengajarkan siswa cara mengenali berita hoaks dan menghindari cyberbullying.
- Sesi Diskusi tentang Etika Digital: Guru memfasilitasi diskusi tentang bagaimana menjadi pengguna internet yang bertanggung jawab.
- Gamifikasi dalam Pembelajaran: Menggunakan game edukatif berbasis moral dilemmas untuk mengajarkan nilai-nilai etika dalam interaksi online.
Kesimpulan
Pendidikan karakter dan etika 2025 menjadi kunci utama dalam membentuk generasi yang cerdas secara intelektual, bermoral, dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Dengan integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum, pembelajaran berbasis pengalaman, literasi digital, kolaborasi antara sekolah dan keluarga, serta evaluasi yang berkelanjutan, tantangan dalam implementasinya dapat diatasi secara efektif. Pemerintah, pendidik, dan orang tua harus bekerja sama untuk memastikan bahwa nilai-nilai karakter seperti kejujuran, disiplin, kepedulian, dan integritas tidak hanya diajarkan secara teori, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan strategi yang tepat, pendidikan karakter akan membentuk generasi masa depan yang memiliki etika kuat, siap menghadapi tantangan global, dan mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat. 🚀
+ There are no comments
Add yours